Di sepanjang jalan, Kinar berpikir, “jika saja koin tadi aku masukkan ke celengan, pasti tak akan hilang. Oh, iya! lebih baik aku menabung untuk membeli sepatu.” Tiba-tiba Kinar mempunyai ide cemerlang.
Cerita Anak Gemar Menabung – “Mimpi Kinar”
“Au…!” Kinar mengaduh. Ada luka di kakinya.
Kemarin, kakinya terinjak batu runcing karena sepatunya berlubang. Banyak tambalan di sana sini, tetapi Kinar tetap memakainya. Semua dilakukan agar ia bisa sekolah dengan menggunakan sepatu.
Sepatu itu dulunya pemberian Kak Mia. Tetangganya yang pindah ke kampung seberang. Kinar senang sekali dapat lungsuran sepatu.
Kata Kak Mia sepatu itu harganya lima puluh ribu, saat Kinar menanyakan harganya karena penasaran. Sepatu yang mahal. Kinar dan keluarganya tak memiliki cukup uang membeli sepatu. Bahkan sekadar makan sehari-hari, mereka harus bekerja keras. Tak jarang Kinar makan nasi yang telah dimasak dengan ubi kayu. Kinar berharap suatu saat bisa memiliki sepatu baru.
Suatu hari, ia mendengar sebuah cerita. Sumur tua di dekat pohon mentega—di simpang jalan menuju rumahnya—itu ajaib. Jika sebuah koin dimasukkan ke dalamnya, maka sumur itu bisa mengabulkan sebuah permintaan.
Tanpa berpikir lama, Kinar segera mendatangi sumur tersebut. Koin satu-satunya yang ia punya dilemparkan ke dalam sumur. Kemudian ia mengucapkan satu permintaan.
“Aku ingin punya sepatu baru.” Lama Kinar menunggu, tapi tak ada sesuatu yang terjadi. Karena lelah, ia pun pulang.
Di sepanjang jalan, Kinar berpikir, “jika saja koin tadi aku masukkan ke celengan, pasti tak akan hilang. Oh, iya! lebih baik aku menabung untuk membeli sepatu.” Tiba-tiba Kinar mempunyai ide cemerlang.
Mulai saat itu, Kinar membulatkan tekad untuk menabung. Ia bekerja untuk mendapatkan satu atau dua koin. Kadang ia membantu guru di sekolah atau ikut ayah dan ibunya di pasar mengupas bawang. Setiap koin yang Kinar dapatkan, dimasukkannya ke celengan.
Makin hari, tabungannya semakin banyak. Kinar senang sekali akhirnya dengan susah payah celengan itu penuh. Perlahan ia mengeluarkan koin-koin tersebut dan menghitungnya.
“Empat puluh sembilan ribu lima ratus, empat puluh sembilan ribu enam ratus, …, empat puluh sembilan ribu sembilan ratus, lima …, hore!” Belum selesai Kinar menghitung, ia telah berteriak senang. Jumlah tabungannya pas dengan harga sepatunya.
Keesokan harinya, Kinar pergi ke pasar dengan hati riang. Di sana ada satu toko sepatu. Setelah ia menemukan sepatu yang diinginkan, ia pun bertanya harganya. Alangkah kagetnya Kinar. Sepatu itu telah naik harganya.
Kinar pulang dengan hati sedih. Tetapi tekadnya untuk membeli sepatu masih membara. Ia menyimpan kembali celengan dan mulai menabung lagi.
Setelah beberapa waktu, Kinar membuka kembali tabungannya. Ada dua buah kaleng bekas yang kini menjadi celengan. Dihitungnya perlahan dan … Kinar berteriak,” hore!”
Kinar berjalan dengan hati sangat riang. Di tangannya ada kotak berisi sepatu. Setelah selesai menghitung tadi, Kinar langsung pergi ke toko sepatu dan membelinya. Kinar bahagia sekali, ternyata ketekunannya menabung selama ini mampu membuatnya meraih mimpi. Mimpi untuk punya sepatu baru.
Rumahmediagrup/walidahariyani